Pengikut

Diberdayakan oleh Blogger.

FAIRY TAIL MANIA



Demam komik fairy tail sedang melandaku. Aku sudah lupa sejak kapan aku mengenal komik ini. Bukan baru saja komik ini terbit. Entah sudah berapa lama. Tapi, aku mencarinya mulai dari chapter 1 dan mengikutinya sampai selesai. Apa yang menyebabkan aku begitu antusias terhadap komik ini, akupun tak tahu. Yang jelas, aku suka karakter-karakter yang ada di dalamnya. Firy Tail menceritakan tentang kehidupan para penyihir ( mage ). Para mage masing-masing mempunyai perkumpulan atau komunitas yang dinamakan guild. Kerja mereka adalah membantu manusia. Dan Fairy Tail ini adalah sebuah guild yang boleh dikatakan sedikit spesial dibanding guild yang lain. Mereka tidak peduli dengan aturan ataupun perintah dari pemerintah ( dewan mage ). Mereka selalu mengerjakan pekerjaannya dengan cara mereka sendiri. Satu yang paling saya sukai, hobby para mage dari Fairy Tail adalah merusak ! It's so cool !

Demam terhadap komik bukan yang pertama kali untukku. Sejak masih duduk di bangku SD dulu, aku sudah tergila-gila pada komik. Saat itu, komik Dragon Ball yang menjadi tempat hatiku bernaung. Seiring berjalannya waktu, entah sudah berapa puluh komik yang kugila-gilai. Seperti Shaman King, Naruto, Fulmetal Alchemist, Beauty Pop, Crows, dll. Banyak temanku yang bertanya, apa sih yang membuatmu begitu menyukai komik ? Saya jgaa bingung mau bilang apa. Sangat banyak yang membuatku jatuh hati. Dari gambar, ceritanya, karakter tokoh, dan yang lainnya.

Okeh ! Kita kembali ke Fairy Tail. Karakter-karakter yang ada di dalam komik ini hampir mirip dengan karakter d komik lainnya. Khas manga banget. Yang menjadi superhero nya itu pastinya orang yang ceroboh, kemampuan yang pas-pasan tapi punya semangat dan optimisme yang tinggi. Kemudian punya sahabat yang pendiam, cool, dan punya kemampuan yang lebih diatas daripada dia. Yah, saya kenalkan beberapa tokoh komik Fairy Tail ini.


1. Natsu
Dia adalah karakter utama dalam komik ini. Dia adalah seorang mage api. Dia waktu kecil dilatih oleh seekor naga api yang bernama Igneel. Ceroboh, tidak pernah berpikir panjang, suka membuat onar, periang, tapi dia selalu bisa diandalkan karena rasa optimisnya yag sangat tinggi. Karena itu jugalah dia menjadi kesayangan teman-temannya di guild Fairy Tail. Dia juga sangat mencintai teman-temannya. Aku suka karakter Natsu ini.



2. Gray
Dia adalah sahabat Natsu. Hanya saja, mereka selalu berkelahi. Mungkin karena elemen mereka berbeda. Karena Gray adalah penyihir elemen es. Tapi mereka sangat kompak jika berada dalam satu tim. Gray adalah sosok pria tampan dan cuek yang menjadi perhatian utama Juvia.



3. Lucy
Nama lengkapnya Lucy Heartfilia. Dia adalah anak seorang konglomerat di kota itu. Tapi dia memutuskan untuk lari dari rumahnya dan hidup berkelana. Lucy dan Natsu tak sengaja bertemu dan berakhir pertemanan karena Lucy memutuskan untuk bergabung di Fairy Tail. Lucy adalah seorang mage stellar spirit ( pemanggil roh ).



4. Erza
Erza sangat cantik. Juga sangat kuat. Dia adalah salah satu mage terkuat di Fairy Tail. Dia selalu menggunakan armor d tubuhnya yang berfungsi sebagai pertahanan. Hanya Erza yang mampu melerai perkelahian antara Natsu dan Gray yang terjadi hampir tiap hari. Kekuatan Erza terletak pada pedangnya yang mampu memotong sihir yang lainnya. Erza adalah karakter favoritku. Cantik, kuat, dan misterius.



5. Makarov
Makarov adalah salah satu dari 10 mage suci terkuat diantara semua mage. Memang tubuhnya kecil tapi dia mampu berubah menjadi raksasa dan mampu menghancurkan apa saja. Dia juga menguasai 3 sihir terkuat yang dimiliki oleh Fairy Tail. Makarov adalah pemimpin dari guild ini. Karakternya sangat santai. Tapi dibalik itu, dia sangat bijak. Hanya saja, dia sedikit genit.

Masih ada banyak karakter yang lainnya.
Gildarts, Mirajane, Laxus, Elfman, Cana, Mystogan, Gajeel, Juvia, dll.

















Ini komik pertama yang membuat saya tertarik untuk membaginya. Karena memang keren.

I LOVE FAIRY TAIL

Resensi Di Tepi Sungai Piedra Aku Duduk dan Menangis




Jenis buku : Novel roman spiritual
Judul Asli : Na margem do Rio piedra eu sentei e chorei
Pengarang : Paulo Coelho
Alih bahasa : Rosi L Simamora
Penerbit : PT Gramedia Pustaka Utama

“cinta adalah perangkap. Ketika ia muncul, kita hanya melihat cahayanya, bukan sisi gelapnya”.

Begitulah yang semula dipercaya pilar. Tapi apa yang terjadi ketika ia bertemu dengan kekasihnya setelah sebelas tahun berpisah? Waktu menjadikan pilar wanita yang tegar dan mandiri, sedang cinta pertamanya menjelma menjadi pemimpin yang tampan dan karismatik. Pilar telah belajar mengendalikan perasaan-perasaannya dengan sangat baik, sementara kekasihnya memilih religi sebagai pelarian bagi konflik-konflik batinnya. Kini mereka bertemu kembali dan memutuskan melakukan perjalanan bersama-sama. Perjalanan itu tidak mudah, sebab dipenuhi sikap menyalahkan dan penolakan yang muncul kembali setelahlebih dari sepuluh tahun terkubur dalam-dalam di hati mereka. Dan akhirnya, di tepi sungai Piedra, cinta mereka sekali lagi dihadapkan pada pertanyaan-pertanyaan terpenting yang bisa disodorkan kehidupan”

Paulo Coelho adalah salah satu penulis favorit saya. Novel ini adalah salah satu karyanya. Saya selalu senang membaca karya-karya yang dihasilkannya. Temanya memang sederhana. Cinta. Tapi yang dibahas di dalamnya sangatlah luas.

Dalam novel ini, dibahas bagaimana perjalanan dua orang yang sedang dimabuk cinta. Tapi berbagai macam persoalan menghadang. Juga bagaimana penulis menggambarkan sosok Sang Bunda sebagai sisi feminim dari Tuhan. Sangat manis. Rasa cinta kasih adalah salah satu sisi feminim dari Tuhan. Selama ini, sisi maskulin dari Tuhanlah yang sering disinggung oleh pemuka agama. Seperti sifat maha kuasa, maha besar, dll.

Penulis mampu memainkan kata-kata yang membawa kita ke alam imajinasi terliar kita. Dan buku ini bisa menjadi teman malam yang baik. Selamat membaca !

MAAF ! KARENA KAU TEMANKU

Maafkan aku karena aku senang melihat wajahmu yang sedang tidur. Aku senang melihat caramu berjalan. Tegap, pasti, tanpa ragu. Aku suka melihat wajahmu. Caramu menatap, tertawa, marah, dan sedih. Aku suka caramu berpakaian yang sedikit urakan. Saat kau memakai kaos yang sedikit longgar, dan celana jins yang robek di bagian lututnya. Aku suka semua yang ada padamu. Setiap momentku denganmu akan tetap terekam di otakku. Aku tak pernah lupa caramu menggangguku. Juga gaya bicaramu yang kasar yang sering membuatku tersinggung. Tapi beberapa saat kemudian kau datang padaku dengan penuh penyesalan. Bagaimana aku bisa marah kalau kau seperti itu ? Kau menjengkelkan. Sangat menjengkelkan. Tapi itulah yang membuatmu manis. Maafkan aku. Karena kau temanku.

Aku bukan orang yang mampu menyimpan persoalan sendiri. Aku sangat senang bisa membaginya denganmu. Kau dewasa dalam berpikir. Kau tidak pernah menarik kata-katamu kembali. Kritik dan saranmu tak pernah kuanggap angin lalu. Aku juga ingin kaupun membagi keluh kesahmu denganku. Aku ingin aku ada artinya untukmu. Meski kadang kau cuek kepadaku, meski kau pernah membuatku menangis, takkan pernah menjadi masalah. Itulah dirimu.

Orang lain selalu menganggapku perempuan yang tangguh, mandiri, dan mampu melakukan apa saja. Itu membuatku selalu menjaga harga diriku. Rasa gengsi ini membuatku terus terpacu untuk selalu menjadi lebih, lebih , dan lebih lagi. Aku harus bisa melakukan apa saja. Meski kadang semua itu sudah lebih dari batas kemampuanku, aku akan memaksa. Aku memaksakan diriku menjadi apa yang selama ini orang anggap mengenai diriku. Ego ini membuatku memakai topeng yang takkan mampu untuk kulepaskan. Aku selalu mencela orang yang lemah. Itu hanya pembenaranku karena aku tak mampu menunjukkan diriku yang sebenarnya dan terus larut dalam kepura-puraan ini. Aku benci diriku.

Tapi kau berbeda. Di depanmu, harga diriku terinjak-injak. Egoku hanyalah sampah. Semua itu luntur ketika berhadapan denganmu. Aku tak mampu menyembunyikan semua ketakutanku, kekhawatiranku, dan ketidakmampuanku. Jika aku menampakkan kesombonganku, hanya akan membuat diriku terlihat lebih bodoh dari keledai. Kaulah sosok lelaki yang selalu kudambakan. Kaulah sosok teman yang aku inginkan.Di hatiku, kaulah yang menjadi super hero. Dan sepertinya akan tetap seperti itu. Tapi kau tak juga mengerti itu.


Mungkin kau kadang merasa muak padaku. Asal aku ada masalah, aku pasti mencarimu. Seakan-akan kau harus selalu ada untukku. Apakah kau tahu kalau itu semua hanya alasan untuk bisa bertemu denganmu ?

Entah sudah berapa lama aku mengenalmu. Waktu yang kita lalui bersama tidaklah singkat. Tapi aku tidak pernah merasa betul-betul mengenalmu. Kau ada di sampingku tapi kita seakan terpisahkan oleh lautan. Kau jauh disana dan aku hanya mampu memandangmu. Aku tak mampu menggapaimu.

Tahukah kau kalau hatiku sakit ? Aku melihatmu dengannya. Aku melihat bagaimana kau memperlakukannya bak seorang ratu. Kau selalu berusaha melakukan yang terbaik untuknya. Sejak awal kau sudah ingin berkomitmen dengannya. Aku iri. Iri padanya. Dia memang masa lalumu. Mungkin betapa bodohnya aku di matamu karena iri pada masa lalu orang lain. Tapi aku tak bisa mengusir itu dari kepalaku. Karena aku ingin. Aku ingin komitmen itu tapi kau tak pernah ingin memberikannya. Apakah aku harus menjadi dia ? Aku tak bisa. Dia terlalu indah. Dia pantas. Tapi aku tidak. Dan kau sadar itu.

Tak perlu kau selalu ada di dekatku. Aku hanya ingin kepastian kalau akupun berarti untukmu. Tapi tak masalah. Mungkin itu sudah cukup untukku. Maafkan aku yang menyimpan rasa ini padamu. Karena kau temanku.

UNHALU JADI TUAN RUMAH MUSWIL V IMIKI




UNHALU (Universitas Haluoleo) menjadi tuan rumah MUSWIL (Musyawara Wilayah V) IMIKI (Ikatan Mahasiswa Ilmu Komunikasi Indonesia) SULAM-PAPUA yang di selenggarakan pada 9 s/d 12 Februari 2012. Seminar Nasional “Peran Media Massa Menuju Bangsa Yang Berkarakter” menjadi pembuka acara dalam kegiatan yang bertempat di Aunditorium Mokodompit, Universitas Haluoleo, Kendari ini. Dalam Seminar Nasional ini UNHALU mengundang Dr. Eni Maryani, Dra. M. Si, sebagai pemateri langsung dari Bandung untuk membawakan materi dengan Sub Judul : “Isu dan Riset Komunikasi Kontemporer”.
Kedatangan peserta MUSWIL V IMIKI tentunya membawa panitia dan mahasiswa UNHALU kepada pengenalan karakter yang baru. Kehadiran peserta MUSWIL tentunya membawa panitia dan mahasiswa UNHALU untuk segera mengenal karakter mereka. Kegiatan ini dihadiri oleh 12 Universitas dan masing-masing diwakili oleh 3 orang delegasi.

MUSWIL V IMIKI ini diselenggarakan di Ruang Senat FISIP (Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik). Dalam 3 hari peserta dan panitia sudah mulai membuka diri dalam kegiatan ini. Fokus kegiatan yang paling besar adalah saat pemilihan Ketua Wilayah yang baru. Dalam pemilihan ini ada 12 suara yang wajib memilih yang masing-masing Universitas mewakili 1 suara. Dalam pemilihan ini juga di hadiri oleh Ketua Umum IMIKI, yang kerap di sapa Kak Irwan.

Pada akhirnya, terpilih 2 calon ketua wilayah yaitu Saudara Erwin dari UNHALU dan Saudara Muh. Fadli dari UIN (Universitas Islam Negeri) Alauddin setelah menyisihkan 3 orang bakal calon yang lainnya. UNHALU patut berbangga karena selain menjadi tuan rumah MUSWIL V, salah satu mahasiswa UNHALU juga terpilih menjadi Ketua Wilayah V IMIKI.

“Terimakasih kepada seluruh kawan-kawan Wilayah V yang telah mengamanahkan kepada saya sebagai ketua IMIKI Wilayah V. Semoga bisa bekerjasama untuk IMIKI ke depannya. Tanggung jawab bukan persoalan yang mudah di lakukan tetapi bahwa dengan kerja keras dan niatan yang lahir dari setiap individu yang solid, itu mampu membawa sebuah perubahan”. papar Erwin selaku Ketua IMIKI Wilayah V terpilih Periode 2012-2014.

MIMPI

Aku benci mimpi. Kebohongan demi kebohongan dipamerkan dalam mimpi. Membuat orang masuk dalam zona nyaman. Mimpi sesuatu yang mudah dan gratis pula. Tapi mimpi adalah mimpi. Bukan realitas. Sesuatu yang terasa sangat dekat dan indah namun itu semua tak nyata. Karena itu, aku benci mimpi. Sekali lagi, aku benci mimpi.

Kehidupan nyata itu jahat. Bulshit semua omongan motivator yang mengatakan hidup ini indah sejak awal. Semua keindahan hanya bisa didapatkan dengan keringat, rasa sakit, bahkan darah. Tidak serta merta karunia. Mimpi dapat membuat orang larut di dalamnya. Membuat orang melupakan realitas yang jelas-jelas ada di depan mata. Aku tidak ingin bermimpi. Makanya, aku meminimalisir waktu tidurku agar mimpi tidak datang menghantui hidupku. Aneh ? Memang. Tapi itulah aku. Salahkah ?

Aku punya teman yang setia menemaniku melewati malam panjang. Buku, kopi, dan rokok. Bersama mereka aku melalui detik demi detik kesunyian malam. Menjelang pagi baru aku memejamkan mata. Tidak pernah lama. Hanya sekedar untuk menghilangkan rasa kantuk. Dan ketika sang surya mulai beraksi memamerkan kegagahannya, aku akan bangun dan menjalani hidup seperti biasanya.

“ Boleh aku duduk disini ?” terdengar suara merdu di telingaku. Aku menoleh kearah datangnya suara itu. Wajah seorang bidadari yang tersenyum manis tampak dengan jelas dihadapanku. Aku hanya mengangguk perlahan dan kembali menatap buku di hadapanku. Tapi wajah cantik itu sangat mengganggu pikiranku. Aku tak dapat kembali fokus pada bacaan yang sedari tadi ku tekuni. Selama aku hidup, baru kali ini aku melihat senyum yang semanis itu. Aku memberanikan diriku untuk mengangkat wajahku dan menoleh ke arahnya. Tapi dia sudah pergi. Entah kemana. Aku seperti orang linglung. Aku bangkit berdiri dan berlari ke manapun kaki ku membawaku. Aku mencari, mencari, dan terus mencari. Tapi aku tak menemukannya. Samar pun tidak.

Aku terbangun. Mimpi itu sungguh menyakitkan. Sudah sebulan ini mimpi yang sama terus menghantuiku. Aku tak mengenal siapa dia. Bertemu sekilas pun rasanya tak pernah. Tapi kenapa dia terus ada dalam mimpiku ? Menjengkelkan ! Memikirkannya saja sudah membuatku malas. Aku bangkit dari tempat tidur bersiap-siap pergi ke kampus. Final pagi ini lebih pantas dipikirkan daripada mimpi brengsek itu.

Kepalaku pening sekali. Soal ujian final tadi membuatku setengah gila. Kupacu motor kesayanganku menuju danau buatan di lingkungan kampus. Lebih baik aku membaca buku disini agar pikiranku sedikit tenang. Membaca di tempat sepi benar-benar hiburan yang terbaik.
“ Boleh aku duduk disini ? “ Itu suara yang sangat akrab ditelingaku. Setengah terperanjat, aku pun menoleh dan mendapati wajah bidadari tersenyum padaku.

Kutipan Cerita dari Eleven Minutes-Paulo Coelho

Dari catatan harian Maria

Alkisah, dulu ada seekor burung jantan yang tampan. Dia punya sepasang sayap yang indah dan tubuhnya berhias bulu beraneka warna yang halus mengkilat. Pendeknya, dia diciptakan untuk terbang bebas di langit biru dan memberi rasa bahagia pada semua makhluk yang memandanginya.

Pada suatu hari, sorang perempuan melihat burung itu dan langsung jatuh hati padanya. Mulutnya menganga penuh kekaguman saat memandangi burung itu terbang membelah langit, jantungnya berdegup kencang, matanya berbinar-binar penuh harap. Dia meminta burung itu membawanya terbang, dan keduanya menari dengan serasi di angkasa. Dia sungguh mengagumi dan memuja burung itu.

Sempat terlintas di benak perempuan itu: Mungkin burung itu ingin berkelana ke puncak-puncak gunung yang jauh! Seketika hatinya risau dan cemas, khawatir hatinya tak mungkin jatuh cinta kepada burung lain. Dan ia merasa sungguh iri, mengapa dia tak bisa terbang bebas sebagaimana burung pujaannya itu.

Dan dia merasa kesepian.

Lalu dia berpikir: “Akan kubuat sebuah jebakan. Jika burung itu muncul lagi, dia akan terjebak dan tak bisa pergi lagi.”

Si burung yang ternyata juga jatuh cinta pada perempuan itu datang keesokan harinya, terpikat masuk ke dalam jebakan, dan akhirnya dikurung oleh perempuan itu.

Dengan puas hati perempuan itu memandangi burung pujaannya setiap hari. Akhirnya dia mendapatkan objek tempat dia menumpahkan segala luapan nafsunya, dan tak lupa dia memamerkan burung itu kepada teman-temannya yang tak henti-hentinya memuji: “Kini kau telah mendapatkan segala sesuatu yang kau inginkan.” Namun kini telah terjadi perubahan yang aneh: karena burung itu telah mutlak dikuasainya dan dia tak perlu merayu dan memikatnya lagi, akhirnya dia tak lagi tertarik kepadanya. Dan si burung yang tak kuasa terbang dan mengungkapkan makna hidupnya yang sejati mulai merana; bulunya yang indah mengkilat berubah kusam, dan makhluk yang penuh pesona itu berubah menjadi buruk rupa, dan perempuan itu semakin lama semakin tak menghiraukan dia, kecuali memberinya makan dan minum serta membersihkan kandangnya.

Pada suatu hari burung yang merana itu mati. Perempuan itu sangat bersedih, dan setiap hari menghabiskan waktunya untuk mengenang si burung. Tapi dia tak lagi hirau pada kandang burung itu, dia hanya teringat saat pertama kali melihat si burung mengepakkan sayapnya dengan penuh keyakinan diri di sela-sela awan.

Seandainya dia bisa bercermin pada kalbunya yang paling dalam, dia insaf bahwa pesona terbesar makhluk berbulu itu adalah kebebasannya, keperkasaan kepak sayapnya, dan bukan sosoknya yang rupawan.

Tanpa kehadiran burung itu, hidupnya berubah hampa dan sepi makna, hingga suatu saat datang Maut menjemputnya. “Mengapa kau datang kemari?” Tanya perempuan itu. “Kujelang dirimu agar kau dapat kembali terbang bersamanya ke langit,” jawab Maut. “Kalau saja dulu kaubiarkan dia bebas datang dan pergi, tentu akan semakin besar cinta dan kekagumanmu padanya; dan aku tak perlu datang untuk membawamu kepadanya.”

ANTARA IDEOLOGI DAN KEBUTUHAN

Aku duduk terdiam sambil merokok di sudut ruangan yang sempit dan remang-remang ini. Tempat ini sangat pengap karena banyaknya manusia, sangat sesak karena asap rokok, dan sangat ribut. Ada beberapa orang yang sibuk beradu pendapat, ada yang sibuk mengutak-ngatik telepon genggamnya, ada yang bercanda dengan temannya, dan adapula yang tidur. Memang sekarang sudah larut malam. Kantuk pun sudah mulai menyerangku. Tapi aku mencoba untuk terus fokus.


Peristiwa kemarin benar-benar mebuatku terpukul. Bayangan orang tuaku yang sedang bekerja keras di sawah terus menghantui pikiranku. Tiga tahun lalu mereka melepaskanku untuk datang menuntut ilmu di kota ini. Air mata bahagia menutupi wajah ibuku saat itu. Aku tahu bagaimana sulitnya beliau mengumpulkan uang untuk membiayai kuliahku disini. Dan aku tahu harapan ibuku yang menginginkan aku kuliah sebaik mungkin supaya pada akhirnya aku bisa kerja di tempat yang terbaik untuk memperbaiki kondisi ekonomi keluargaku. Saat itu akupun sependapat dengan mereka.


Aku bingung bagaimana menyampaikan pada orangtuaku keadaanku saat ini. Jujur saja, aku tak ingin melihat orangtuaku sedih karena anaknya ini telah di drop out dari kampusnya. Akupun tak ingin pulang ke kampung dengan tangan kosong dan tanpa bekal apapun dari sini. Ilmu yang kudapat disini belum seberapa. Sejenak aku ingin berhenti dari lingkaran yang telah mengikatku ini bila teringat wajah ibuku. Namun sayang, akal sehatku tidak mengizinkannya.


Akupun tak habis pikir, mengapa hanya karena menyuarakan aspirasi kami diberikan sanksi yang sangat tidak masuk akal ? Lari kemana sistem demokrasi yang selama ini diagung-agungkan oleh para penguasa ? Apakah demokrasi hanya sesempit sistem pemilu ? Bukankah esensi dari demokrasi adalah kebebasan tiap individu untuk menyampaikan aspirasinya ? Apalah artinya bila kita cukup makan tapi rasa aman dan kebebasan kita dirampas ? Para penguasa jahanam itu telah menjajah kita secara halus. Dengan menjual-jual nama kesejahteraan mereka telah menekan kebebasan kita. Aku tak ingin terus terperangkap dalam lingkaran setan itu.


Mereka yang ada di ruangan ini adalah mereka yang bersolidaritas untuk kasus yang menimpa aku dan kawan-kawanku. Melihat wajah-wajah mereka yang semangat meski sudah larut malam, aku merasa bersalah karena sempat ragu tadi. Aku bertekad untuk menyelesaikan apa yang sudah kumulai. Aku tak akan membiarkan diriku kalah oleh para penguasa jahanam itu. Mungkin saja dunia yang indah itu akan terwujud. Meski saat ini masih ada di dalam ide.

Facebook Twitter RSS