Pengikut

Diberdayakan oleh Blogger.

MIMPI

Aku benci mimpi. Kebohongan demi kebohongan dipamerkan dalam mimpi. Membuat orang masuk dalam zona nyaman. Mimpi sesuatu yang mudah dan gratis pula. Tapi mimpi adalah mimpi. Bukan realitas. Sesuatu yang terasa sangat dekat dan indah namun itu semua tak nyata. Karena itu, aku benci mimpi. Sekali lagi, aku benci mimpi.

Kehidupan nyata itu jahat. Bulshit semua omongan motivator yang mengatakan hidup ini indah sejak awal. Semua keindahan hanya bisa didapatkan dengan keringat, rasa sakit, bahkan darah. Tidak serta merta karunia. Mimpi dapat membuat orang larut di dalamnya. Membuat orang melupakan realitas yang jelas-jelas ada di depan mata. Aku tidak ingin bermimpi. Makanya, aku meminimalisir waktu tidurku agar mimpi tidak datang menghantui hidupku. Aneh ? Memang. Tapi itulah aku. Salahkah ?

Aku punya teman yang setia menemaniku melewati malam panjang. Buku, kopi, dan rokok. Bersama mereka aku melalui detik demi detik kesunyian malam. Menjelang pagi baru aku memejamkan mata. Tidak pernah lama. Hanya sekedar untuk menghilangkan rasa kantuk. Dan ketika sang surya mulai beraksi memamerkan kegagahannya, aku akan bangun dan menjalani hidup seperti biasanya.

“ Boleh aku duduk disini ?” terdengar suara merdu di telingaku. Aku menoleh kearah datangnya suara itu. Wajah seorang bidadari yang tersenyum manis tampak dengan jelas dihadapanku. Aku hanya mengangguk perlahan dan kembali menatap buku di hadapanku. Tapi wajah cantik itu sangat mengganggu pikiranku. Aku tak dapat kembali fokus pada bacaan yang sedari tadi ku tekuni. Selama aku hidup, baru kali ini aku melihat senyum yang semanis itu. Aku memberanikan diriku untuk mengangkat wajahku dan menoleh ke arahnya. Tapi dia sudah pergi. Entah kemana. Aku seperti orang linglung. Aku bangkit berdiri dan berlari ke manapun kaki ku membawaku. Aku mencari, mencari, dan terus mencari. Tapi aku tak menemukannya. Samar pun tidak.

Aku terbangun. Mimpi itu sungguh menyakitkan. Sudah sebulan ini mimpi yang sama terus menghantuiku. Aku tak mengenal siapa dia. Bertemu sekilas pun rasanya tak pernah. Tapi kenapa dia terus ada dalam mimpiku ? Menjengkelkan ! Memikirkannya saja sudah membuatku malas. Aku bangkit dari tempat tidur bersiap-siap pergi ke kampus. Final pagi ini lebih pantas dipikirkan daripada mimpi brengsek itu.

Kepalaku pening sekali. Soal ujian final tadi membuatku setengah gila. Kupacu motor kesayanganku menuju danau buatan di lingkungan kampus. Lebih baik aku membaca buku disini agar pikiranku sedikit tenang. Membaca di tempat sepi benar-benar hiburan yang terbaik.
“ Boleh aku duduk disini ? “ Itu suara yang sangat akrab ditelingaku. Setengah terperanjat, aku pun menoleh dan mendapati wajah bidadari tersenyum padaku.

Facebook Twitter RSS