MAAF ! KARENA KAU TEMANKU

Maafkan aku karena aku senang melihat wajahmu yang sedang tidur. Aku senang melihat caramu berjalan. Tegap, pasti, tanpa ragu. Aku suka melihat wajahmu. Caramu menatap, tertawa, marah, dan sedih. Aku suka caramu berpakaian yang sedikit urakan. Saat kau memakai kaos yang sedikit longgar, dan celana jins yang robek di bagian lututnya. Aku suka semua yang ada padamu. Setiap momentku denganmu akan tetap terekam di otakku. Aku tak pernah lupa caramu menggangguku. Juga gaya bicaramu yang kasar yang sering membuatku tersinggung. Tapi beberapa saat kemudian kau datang padaku dengan penuh penyesalan. Bagaimana aku bisa marah kalau kau seperti itu ? Kau menjengkelkan. Sangat menjengkelkan. Tapi itulah yang membuatmu manis. Maafkan aku. Karena kau temanku.

Aku bukan orang yang mampu menyimpan persoalan sendiri. Aku sangat senang bisa membaginya denganmu. Kau dewasa dalam berpikir. Kau tidak pernah menarik kata-katamu kembali. Kritik dan saranmu tak pernah kuanggap angin lalu. Aku juga ingin kaupun membagi keluh kesahmu denganku. Aku ingin aku ada artinya untukmu. Meski kadang kau cuek kepadaku, meski kau pernah membuatku menangis, takkan pernah menjadi masalah. Itulah dirimu.

Orang lain selalu menganggapku perempuan yang tangguh, mandiri, dan mampu melakukan apa saja. Itu membuatku selalu menjaga harga diriku. Rasa gengsi ini membuatku terus terpacu untuk selalu menjadi lebih, lebih , dan lebih lagi. Aku harus bisa melakukan apa saja. Meski kadang semua itu sudah lebih dari batas kemampuanku, aku akan memaksa. Aku memaksakan diriku menjadi apa yang selama ini orang anggap mengenai diriku. Ego ini membuatku memakai topeng yang takkan mampu untuk kulepaskan. Aku selalu mencela orang yang lemah. Itu hanya pembenaranku karena aku tak mampu menunjukkan diriku yang sebenarnya dan terus larut dalam kepura-puraan ini. Aku benci diriku.

Tapi kau berbeda. Di depanmu, harga diriku terinjak-injak. Egoku hanyalah sampah. Semua itu luntur ketika berhadapan denganmu. Aku tak mampu menyembunyikan semua ketakutanku, kekhawatiranku, dan ketidakmampuanku. Jika aku menampakkan kesombonganku, hanya akan membuat diriku terlihat lebih bodoh dari keledai. Kaulah sosok lelaki yang selalu kudambakan. Kaulah sosok teman yang aku inginkan.Di hatiku, kaulah yang menjadi super hero. Dan sepertinya akan tetap seperti itu. Tapi kau tak juga mengerti itu.


Mungkin kau kadang merasa muak padaku. Asal aku ada masalah, aku pasti mencarimu. Seakan-akan kau harus selalu ada untukku. Apakah kau tahu kalau itu semua hanya alasan untuk bisa bertemu denganmu ?

Entah sudah berapa lama aku mengenalmu. Waktu yang kita lalui bersama tidaklah singkat. Tapi aku tidak pernah merasa betul-betul mengenalmu. Kau ada di sampingku tapi kita seakan terpisahkan oleh lautan. Kau jauh disana dan aku hanya mampu memandangmu. Aku tak mampu menggapaimu.

Tahukah kau kalau hatiku sakit ? Aku melihatmu dengannya. Aku melihat bagaimana kau memperlakukannya bak seorang ratu. Kau selalu berusaha melakukan yang terbaik untuknya. Sejak awal kau sudah ingin berkomitmen dengannya. Aku iri. Iri padanya. Dia memang masa lalumu. Mungkin betapa bodohnya aku di matamu karena iri pada masa lalu orang lain. Tapi aku tak bisa mengusir itu dari kepalaku. Karena aku ingin. Aku ingin komitmen itu tapi kau tak pernah ingin memberikannya. Apakah aku harus menjadi dia ? Aku tak bisa. Dia terlalu indah. Dia pantas. Tapi aku tidak. Dan kau sadar itu.

Tak perlu kau selalu ada di dekatku. Aku hanya ingin kepastian kalau akupun berarti untukmu. Tapi tak masalah. Mungkin itu sudah cukup untukku. Maafkan aku yang menyimpan rasa ini padamu. Karena kau temanku.

Facebook Twitter RSS